Apa Istimewanya PBAK.?
Foto by: kojahan pergerakan
Sepasang merpati sedang terbang mengitari gapura berwarna hijau keduanya tanpak kebingungan hendak hinggap kemana. Yang berwarna putih mengajak ke kanan yang hitam mengajak ke kiri layaknya hak dan batil kehidupan. Setelah mengitari beberapa kali sepasang merpati itu tampak lelah dan hinggap di gapura raksasa mirip segi lima. Di bawah gapura tersebut tertulis dengan sangat jelas 'Universitas Islam Negeri KH. Abdurrahman Wahid' dengan tulisan 'KH. Abdurrahman Wahid' lebih besar daripada tulisan 'Universitas Islam Negeri. Tak jauh dari gapura ratusan montor terparkir tersusun rapih bak barisan militer abad ke 2. Dari kerumunan mahasiswa-mahasiswi terdengar lantang suara dari speaker. Panitia acara mengarahkan mahasiswa baru. "Kelompok 1, 2, 3, siap-siap setelah ini kalian.! Masuk kedalam Masjid." perintah panitia berbaju ala paspamres. Di depan masjid yang masih proses pembangunan terpampang sepanduk dengan tulisan "SELAMAT DATANG PESERTA PBAK."
Sedikit yang tahu Boi, sekumpulan orang yang akan menjadi mahasiswa itu asalnya dari mana-mana saja. Maka berbeda pula cerita ia masuk kuliah. Misalnya Rafi, seorang kuli panggul batu penimbun jalan yang berideologi. Sebab bertahun-tahun kerjanya hanya memperbaiki infrastruktur jalan di desa terpencil Jawa Tengah. Ia marah dengan pemerintah, kemarahannya ia lampiaskan masuk Prodi Hukum Tatanegara. Pernah ia bercerita kepada kami bahwa jurusan yang ia pilih dengan mengandung kadar kata diksi indah tak lain tak bukan "Negara". Artinya dia bisa jadi politisi. Kamu yang mendengar ia berevolusi dari tukang batu hendak jadi politisi pun mengklaim bahwa satu-satunya penemuan cita-cita paling ekstrim. Lain Rafi lain pula Rahmat, seorang alumni pesantren Kediri pengejar Rahmat Tuhan. Dia seorang yang religius haram baginya melihat wanita masuk ke masjid apapun alasannya. Karena melihat PBAK di selanggarakan di masjid semua wanita masuk ke dalam masjid ketika PBAK. Alhasil 3 hari sepanjang PBAK tak berhenti memegang tasbih meminta ampun. Ia juga mendadak menjadi juru tutorial memakai sarung, tutorialnya ia buatkan ke link YouTube dan di share ke link grup Maba yang isinya sekumpulan alumni SMA dan SMK yang tak pernah pakai sarung. Jika di rasa kurang lucu maka kisah mael lebih tragis lagi Boi, Mael seorang anak laki-laki yang nekat kuliah di UIN dengan usia setara dosen. Ia menyadari betul pasal 1 seorang muslim wajib menuntut ilmu. Pekerjaannya dahulu sebagai kembang bujang melamun di kampungnya kalau malam tiba ia menjelma sebagai pengkritik pemerintah di warung-warung kopi Melayu. Hobinya mangkal di warung kopi Melayu dengan nama warung kopi "Kopi Pahit Manis Kehidupan." Ia mengaku sebagai "Pengangguran Bermartabat." Pemasukan uangnya sendiri di peroleh dari menjual ikan-ikan hasil pancingan dan melamunnya di tepi Sungai Batanghari. Bahwa yang membuat hatinya tergerak berkuliah karena mencari ridho Allah. Sekali lagi Boi Ridho Tuhan dan benar ia sampai ke kota batik dengan modal nekat Boi. Dia sendiri belum menikah, katanya ia akan menikah kalau Indonesia sudah jadi negara Maju . "Tak mau jadi beban aku Boi, kalau istri ku melahirkan anak-anak negri ini masih belum makmur." ujarnya sambil tak yakin dengan ia katakan. Kami yang mendengar hanya mengangguk-angguk supaya ia tak sakit hati di samping ia lebih tua. Jika ketiga lelaki itu kurang ekstrim maka Sri Binti Ngadino mungkin bisa lebih. Kepada kami ia ceritakan bahwa ia tak tahu hendak kuliah jurusan apa, alhasil ia menekan tombol sembari memejamkan mata dan yang terpilih adalah tadris bahasa inggris. "Jangankan bohoso inggris mas, wong bahasa Indonesia aku ndak reti." keluhannya kepada kami, logat Jawa medok, kental, masih original. Kalau di tanya kenapa dia memilih tadris bahasa inggris maka ia jawab." Yo ndak tahu ko tanya saya." namun di tengah malam di sebuah kos-kosan daerah UIN sekitar. Pernah mengigau sampai mengambil minum tak sadar diri. Dalam mimpinya ia saksikan bahwa ia tersesat di jalan yang benar katanya. Setelah minum air itu, ia kira akan pandai bahasa inggris dengan mudah, atau tips kedua merebus kamus dengan suhu 50° rata-rata tak kurang tak lebih. Setelah terbangun ia coba segala yang ada di mimpinya. Ajaibnya ia sampai sekarang tak hafal selain kata "The Dream." Sang Pemimpi. Cuma itu Boi. Bayangkan dari keempat kisah adalah kisah-kisah konyol yang membuat orang-orang itu tetap ada di UIN Gusdur. Mereka tetap jadi Mahasiswa maka mereka berhak terus bermimpi.
Karya : _rdgyahya.24, September Pekalongan. 21:20 Wib.
Keren mas yahya
ReplyDelete