pendiri filsafat stoa
BEBERAPA FAKTA TENTANG PENDIRI FILSAFAT STOA
Filsafat Stoa beberapa dekade ini memang telah menjadi apa yang oleh Hegel sebut sebagai _volkgheist_ (roh masyarakat). Kepopuleran Stoa di era modern, terutama di kalangan anak muda, memang sering menjadi tanda tanya, terlepas dari banyaknya kesalahpahaman terhadap aliran filsafat ini _(naive stoicism)._
Ulasan ini bukan untuk mengkritik filsafat Stoa, tetapi hanya untuk menguraikan beberapa informasi tentang pendiri aliran filsafat ini, yang mungkin jarang diketahui. Nama pendiri Stoa adalah Zeno of Citium, anak orang kaya namun rendah hati. Semua informasi tentang Zeno di bawah ini saya kutip dari tulisan-tulisan Diogenes Laertius dan Epictetus. Berikut beberapa fakta tentang Zeno:
Nama Stoa Awalnya Tidak Digunakan
Di Athena ada satu serambi _(stoa)_ terkenal. Nama serambi itu _ἡ ποικίλη στοά_ (baca: _hÄ“ poikÃle stoá)_ atau Stoa of Peisianax. Tempat ini adalah tempat yang paling terkenal di Athena kuno karena di sana banyak lukisan dan barang rampasan perang lainnya yang dipamerkan. Di serambi inilah Zeno dan pengikutnya sering berdakwah.
Tetapi saat itu mereka tidak dikenal sebagai kaum Stoa. Istilah kaum Stoa dahulu hanya merujuk kepada sekelompok penyair yang sering duduk dan ngopi di sana, bukan kepada Zeno dan keronco-keronconya. Justru pengikut Zeno saat itu dipanggil dengan nama kaum Zenonian, bukan Stoa.
Lalu bagaimana mereka kemudian disebut Stoa? Jawabannya tidak lain dan tidak bukan karena kepopuleran ceramah-ceramah Zeno di serambi itu. Saking terkenalnya ceramah Zeno di tempat itu, masyarakat pun melabeli filosofi Zeno sebagai filsafat Stoa atau filosofi serambi/teras.
Ciri-ciri Fisik Zeno
zeno memiliki leher yang bengkok ke satu sisi. Wajahnya cemberut dan ketus. Dia kurus, berambut gondrong, dan berkulit gelap. Dia tidak terlalu tinggi, kakinya besar tapi lemah. Itulah mengapa dia sering menolak banyak undangan, karena dia tidak terlalu kuat berjalan dan lebih suka duduk berjemur di bawah matahari seperti Diogenes. Sekalipun dia berjalan, dia harus ditemani oleh dua atau tiga orang muridnya.
Zeno Berguru Dengan Filsuf Sinis
Seperti yang kita tahu, Zeno ini AOK atau Anak Orang Kaya. Bapaknya pedagang yang sukses. Zeno muda sering dibawakan buku-buku tentang Socrates oleh bapaknya setiap kali orang tuanya pulang dari perjalanan bisnis di Athena.
Ketika Zeno berusia sekitar 30 tahun, dia berlayar ke Athena, meskipun dengan cara yang tidak menyenangkan: kapalnya karam.
Ketika sampai di Athena dengan pakaian yang basah kuyup, dia duduk di sebelah toko buku. Kebetulan pemilik toko itu sedang mempromosikan buku ke-2 _'Memorabilia'_ yang ditulis oleh Xenophon tentang Socrates. Mendengar itu, Zeno yang sangat menggemari Socrates pun berdiri dan bertanya ke si pemilik toko, _"Adakah orang yang sama seperti Socrates di Athena?"_
Awalnya si empunya toko diam. Tiba-tiba Crates, murid Diogenes si anjing, pun lewat. Si pemilik toko buku lalu menunjuk ke arah Crates dan berkata, _"Itu dia orangnya. Ikuti dia!"_ Sejak saat itu Zeno pun belajar Sinisme dari Crates dan "menjadi anjing".
Zeno Sering Dimarahi Crates
_Ya,_ Zeno yang terhormat ini tidak berbeda jauh dengan kita yang sering dimarahi guru. Ada banyak cerita tentang ini, tapi saya hanya bisa melampirkan dua cerita saja.
_Pertama,_ suatu waktu, Crates menyuruh Zeno untuk membawakan sup miju-miju. Zeno yang khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya pun menyembunyikan sup itu di tengah kerumunan banyak orang.
Crates yang melihat apa yang Zeno lakukan tersebut langsung memukul sup di tangan Zeno dengan tongkatnya sampai sup itu tumpah dan membasahi kakinya. Zeno pun malu dan wajahnya memerah. Crates lalu berkata kepada Zeno, _"Hei, beranilah nak, ini hanya sup!"_
_Kedua,_ Zeno pernah dekat dengan seorang filsuf Megarian bernama Stilpo. Karena itu Crates pernah menarik kerah pakaian Zeno dan menyeret muridnya itu menjauh dari Stilpo (sepertinya cemburu) sambil mengomel.
Zeno pun berkata kepada gurunya, _"Pak, cara yang cerdas untuk menangkap seorang filsuf adalah melalui telinganya. Jadi bujuklah aku dan seret aku menjauh dari mereka dengan kata-kata. Sebab kalau kamu menggunakan kekerasan, tubuhku mungkin bersamamu tapi hatiku akan bersama Stilpo."_
Zeno Lebih Suka Sendiri
Nyaris semua filsuf sepertinya penyendiri. Zeno termasuk filsuf yang terkenal di zamannya, bukan hanya di kalangan masyarakat biasa tapi juga raja saat itu, Antigonus, penguasa Macedonia.
Suatu waktu Antigonus pernah mengundang Zeno ikut ke sebuah pesta yang dia buat khusus untuk Zeno. Karena tidak enak hati, Zeno pun mengaminkan undangan tersebut. Meskipun begitu, tidak lama dia memasuki pesta itu, Zeno menyelinap keluar dan pergi.Ada juga cerita lain.
Ketika Zeno berjalan menuju serambi tempatnya biasa membawa ceramah, banyak masyarakat yang berduyun-duyun mengelilinginya. Saat itu Zeno merasa tidak nyaman dan risih. Dia pun berkata sambil menunjuk ke sebuah pagar yang letaknya di pinggir serambi, _"Kalian lihat pagar di sana. Pagar itu dulu ada di tengah serambi ini, tapi karena itu mengganggu, aku meletakkannya di sana. Jadi, kalau kalian tidak ingin aku anggap sebagai pengganggu, tolong menepi. Jangan membuatku sesak."_
Zeno memang punya reputasi sebagai penyendiri. Ketika hadir di suatu penjamuan, Zeno selalu duduk di kursi paling belakang dan yang paling pojok.
Zeno Bangga dengan Tanah Kelahirannya
Seperti yang kita tahu, Zeno bukanlah asli Athena. Dia berasal dari Citium. Meskipun begitu, dia bangga dengan kampung halamannya. Bahkan nama "Zeno of Citium" sendiri adalah julukan yang dia pilih sendiri.
Zeno, Murid yang Berbakti
Meskipun Zeno sering dimarahi Crates, tapi Zeno sangat menghormati gurunya itu. Bahkan ketika dia keluar dari Sinisme, pun dia tetap memperhatikan kondisi gurunya. Diceritakan bahwa Zeno rutin mengirimkan uang kepada Crates, dengan harapan Crates bisa membeli banyak hal untuk keperluan hidupnya. (Namun faktanya tidak. Bagaimana uang kiriman tersebut Crates gunakan, saya sudah ceritakan di tulisanku yang lain).
Kebaikan dan sikap berbakti inilah yang membuat sang raja Antigonus menghormatinya dan berkata, _"Terlepas dari banyaknya hadiah yang aku kirimkan kepadanya, Zeno tidak pernah sombong (karena dekat dengan raja) dan tidak pernah tunduk kepadaku (menjadi penjilat)."_
Zeno Tidak Suka dengan Anak Muda yang Banyak Gaya dan Cerewet (Pesolek)
Banyak riwayat yang menceritakan bagaimana Zeno sering menyindir anak-anak muda. Selain itu dia juga dikenal sebagai orang yang berbicara apa adanya.
Dikisahkan, ketika seorang anak muda yang suka bergaya lewat di dekatnya, anak muda itu melihat genangan lumpur di selokan dan memalingkan wajahnya.
Melihat perilaku anak muda itu, Zeno lalu berkata, _"Dia memang pantas memandang lumpur dengan curiga, karena dia tidak bisa melihat bayangannya di dalamnya."_ Maknanya, orang yang perilakunya buruk seringkali tidak mengetahui atau menyadari bahwa perilakunya buruk.
Zeno juga pernah menegur muridnya, Ariston karena terlalu lama berceramah, berbelit-belit, hobi mengarang cerita, dan gaya bicaranya yang terlalu cepat. Zeno berkata kepada Ariston, _"Jangan-jangan bapakmu mabuk ketika membuatmu (seks)."_
Zeno mengatakan dia tidak menyukai orang yang cerewet karena dia sendiri termasuk orang yang paling sedikit bicaranya dan _to the point._ Menurutnya, orang yang cerewet _"mulut dan telinganya sudah menyatu"._
Cerita lain adalah tentang tegurannya kepada anak muda yang rakus. Di sebuah penjamuan makan, Zeno pernah merampas sebuah piring berisi ikan milik seseorang yang dia anggap rakus karena memakan semua hidangan milik teman-temannya. Zeno berkata kepada anak muda tersebut sembari mengangkat piring itu, _"Bagaimana rasanya kalau makananmu diambil seperti ini? Memang apa susahnya untuk menahan sifat rakusmu itu sekali saja?"_
Masih banyak kritik-kritik Zeno lainnya kepada perilaku anak muda yang tidak bisa saya lampirkan di sini.
Zeno Gay?
Banyak kesaksian yang mengatakan Zeno adalah seorang gay, karena Zeno pernah jatuh cinta (bahkan tergila-gila) kepada laki-laki bernama Chremonides.
Zeno dan Budak
Zeno pernah memukul budaknya dengan cambuk karena budaknya itu kedapatan mencuri. Budak tersebut lalu berkata kepada Zeno, _"Aku telah ditakdirkan mencuri."_ Mendengar itu Zeno menyambung ucapannya sembari memukulnya dengan lebih keras, _"Ya, dan kamu juga ditakdirkan untuk berteriak."_
Kematian Zeno
Zeno meninggal karena muak dengan tubuh tuanya yang saat itu sudah berusia 80 tahun. Dikisahkan bahwa ketika dia baru selesai mengajari murid-muridnya, dia secara tidak sengaja tersandung batu dan terjatuh. Karena itu dia marah sambil memukul-mukul tanah sampai tangannya berdarah dan berkata, _"Aku akan segera ke sana (akhirat)! Mengapa kau memanggilku (dengan cara seperti ini)!?"_ Dia lalu menahan nafasnya sampai dia meninggal di tempat.